“Menanti Cintanya”
Sinar matahari yang hangat, kicauan
burung yang merdu membangunkan Sayla dari tidur nyenyaknya. Gadis dengan nama
lengkap Sayla Dealova Chandrawinata adalah anak semata wayang dari pasangan
Handry Chandrawinata dan Nadine Smith. Gadis blasteran Indo-Jerman ini tumbuh
dalam keluarga yang harmonis. Oleh karena itu, Sayla tidak pernah kekurangan
kasih sayang dari ayah dan ibunya. Walaupun demikian, dia tidak menjadi gadis
berusia 15 tahun yang manja. Namun, ia tumbuh menjadi gadis yang mandiri dengan
talenta-talenta yang melimpah. Kehidupan Sayla tidaklah sempurna seperti
penglihatan banyak orang, karena satu hal yang selama ini tidak bisa dia
dapatkan, yaitu cinta Rayn Alexandro Hirano, cowok blasteran Indo-Jepang yang
menjadi kapten basket SMA Pelita Harapan, Jakarta.
v
Babak
1. Latar Rumah Sayla
Ø
Adegan
1:
1.
Ayah : “Selamat pagi putri ku.” (Dengan senyum yang merekah)
2.
Sayla : “Selamat pagi juga ayah. Selamat pagi
bunda”
3. Bunda :
“Selamat pagi juga sayang. Ayo sarapan. Pagi ini bunda membuatkan kamu nasi
goreng.”
4.
Sayla : “Hm. Sayla jadi lapar, ayah, bunda.” (Dengan senyum)
5.
Ayah : “Ayo makan.”
6.
Sayla : “Ayah, bunda.” (Sambil mengambil makanan)
7.
Bunda : “Kenapa Sayla?”
8.
Sayla : “Em… Menanti itu membosankan ya?”
9.
Bunda : “Kenapa bertanya seperti itu?”
10. Sayla :
“Tidak apa-apa.” (Sambil memasukkan
makanan ke mulut)
11. Ayah :
“Kamu sedang menanti sesuatu?” (Menatap
Sayla)
12. Sayla :
(Menatap ayah) “Yah, begitulah.”
13. Bunda :
“Apa?” (Penasaran)
14. Sayla :
“Seseorang. Ah, sudahlah. Em… bunda, nasi gorengnya enak sekali. Terima kasih
ya bun.” (Tersenyum, kemudian
meninggalkan meja makan)
15. Ayah :
“Menurut mu, apa Sayla sedang menyukai seseorang?” (Menatap bunda)
16. Bunda :
“Sepertinya begitu. Aku sering melihat Sayla melamun di kamarnya.”
17. Ayah :
“Benarkah? Hm… Anak remaja.”
18. Bunda :
“Aku juga dulu seperti itu. Saat memikirkan mantan pacarku.” (Dengan nada bercanda)
19. Ayah :
“Oh ya?” (Tertawa)
Ø
Adegan
2:
20. Sayla :
“Halo? Ini siapa?” (Dengan wajah
kebingungan)
21. Rayn :
“Ini aku Rayn, Say.”
22. Sayla :
“Oh. Ada apa?”
23. Rayn :
“Kamu bisa datang ke sekolah? Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan dengan mu.”
24. Sayla :
“Ke sekolah?” (Kaget)
25. Rayn :
“Iya. Tapi kalau kamu sibuk tidak apa-apa.”
26. Sayla :
“Oh. Tidak! Aku tidak sibuk. Aku akan segera ke sana.” (Senang)
27. Rayn :
“Baiklah. Aku tunggu kamu di ruang OSIS.”
28. Sayla :
“Oke.”
Ø
Adegan
3:
29. Bunda :
(Mengetuk pintu)
30. Sayla :
“Siapa?”
31. Bunda :
“Bunda. Ada yang mencari kamu.”
32. Sayla :
“Siapa?”
33. Bunda :
“Bunda tidak tahu.”
34. Sayla :
“Siapa? Tumben bunda tak tahu siapa temanku.” (Bicara pada dirinya sendiri dengan wajah kebingungan)
35. Sayla :
“Iya bunda. Sayla akan temui dia.”
36. Bunda :
“Baiklah. Bunda ke kamar dulu.”
Ø
Adegan
4:
37. Sayla :
“Huh. Memang siapa sih… Rayn?” (Sayla
kaget ketika melihat Rayn di rumahnya)
38. Rayn :
“Hei. Maaf aku tidak bilang dulu datang ke rumah kamu.”
39. Sayla :
“Tidak apa-apa. Duduk Rayn.” (Dengan
gugup)
40. Rayn :
“Aku mengganggu?”
41. Sayla :
“Tidak. Aku baru mau siap-siap pergi ke sekolah.”
42. Rayn :
“Oh, baguslah. Kalau begitu ayo cepat siap-siap. Kita ke sekolah sama-sama
saja.” (Tersenyum tipis)
43. Sayla :
“S… sama-sama?” (Kaget)
44. Rayn :
“Iya. Tadi aku lewat rumah kamu, aku pikir lebih baik kita pergi sama-sama
saja. Jadi aku memutuskan menjemput mu. Boleh?”
45. Sayla :
“Ha? E… e… iya boleh. Boleh sekali. Kalau begitu aku ganti baju dulu.” (Berdiri)
46. Rayn :
“Iya. Cepat ya.”
47. Sayla :
“Oke.” (Tersenyum)
Ø
Adegan
5:
48. Ayah :
(Mengintip Sayla dan Rayn diam-diam)
“Bunda, ayah bisa menebak kalau jantung Sayla pasti sudah hampir lepas.”
49. Bunda :
(Tertawa) “Sayla terlihat begitu
senang di jemput oleh… siapa namanya?”
50. Ayah :
“Ra… Rayn.”
51. Bunda :
“Ya. Rayn. Sepertinya bunda sudah tahu siapa yang selalu dipikirkan Sayla.”
52. Ayah :
“Siapa?”
53. Bunda :
“Ya Rayn ayah. Aduh, ayah bagaimana sih?”
54. Ayah :
(Tertawa) “Maaf bunda.”
*****
v
Babak
2: Latar SMA Pelita Harapan
Ø
Adegan
1
55. Sayla :
(Menatap tim cheerleader dan tim
basket yang sedang berdiskusi di dua pojok ruangan)
56. Rayn :
“Guys, sekarang kita akan mulai
rapatnya. Jadi, dimohonkan untuk tim basket dan cheerleader untuk berkumpul disini.”
57. Sayla :
“Maaf Rayn.” (Ucap Sayla ragu-ragu)
58. Rayn :
“Kenapa Say?”
59. Sayla :
“Begini. Aku mau tanya, kita mau rapat apa? Maaf ya, soalnya dari tadi kamu
tidak bilang kapada ku.” (Ucap Sayla
masih ragu)
60. Rayn :
“Oh, astaga. Maaf, aku lupa. Begini, bulan depan kita akan mengikuti lomba
basket se-DKI Jakarta, jadi sekarang kita perlu rapat apa yang akan kita
persiapkan.”
61. Sayla :
“Oh. Baiklah. Ayo kita mulai.” (Dengan
senyum)
Ø
Adegan
2
62. Rayn :
“Semua sudah beres?” (Menatap Sayla)
63. Sayla :
“Iya.”
64. Rayn :
“Ya sudah. Sayla, ayo pulang.” (Menggenggam
tangan Sayla)
65. Sayla :
“Pulang?” (Sayla kaget. Lalu menatap
tangan Rayn yang menggenggam tangannya.)
66. Rayn :
“Eh, maaf.” (Melepaskan genggamannya,
lalu melanjutkan bicara)
“Iya, ayo pulang, memangnya kamu mau
tinggal disini?” (Dengan nada bercanda)
67. Sayla :
“Iya. Aku mau pulang. Tapi…” (Menatap
Gina sahabatnya)
68. Gina :
“Sayla, kamu pulang dengan Rayn saja, aku baru ingat kalau aku punya acara.”
69. Rayn :
“Iya. Tadi kamu datang dengan ku, jadi pulang juga harus dengan ku. Nanti orang
tua kamu marah kalau aku tidak mengantarmu pulang.”
70. Sayla :
“Tidak. Kamu lagi sibuk Rayn, biar aku pulang dengan Gina saja.”
71. Rayn :
“Tapi Gina masih ada acara. Pulang dengan ku saja.”
72. Sayla :
“Ya sudah. Gina aku minta maaf.”
73. Gina :
“Iya, tidak apa-apa.” (Dengan senyum yang
penuh arti).
Ø
Adegan
3
74. Sayla :
“Rayn, terima kasih sudah mengantarku pulang.” (Dengan senyum)
75. Rayn :
“Iya, sama-sama. Kalau begitu aku pergi dulu Say.”
76. Sayla :
“Kamu tidak mampir dulu?”
77. Rayn :
“Tidak usah. Aku masih punya banya urusan.”
78. Sayla :
“Baiklah. Hati-hati di jalan Rayn.”
79. Rayn :
“Pasti. Selamat malam Sayla. Salam untuk tante dan om.”
80. Sayla :
(Tersenyum manis) “Bye.”
81. Rayn :
“Bye.” (Menancap gas dan pergi)
82. Sayla :
(Berbalik dan berjalan masuk) “Wonderful day.” (Tersenyum)
*****
v Babak 3: Latar mall.
Satu minggu lagi Sayla akan merayankan ulang tahunnya
yang ke-16. Karena hari ini hari libur, dia menyempatkan diri untuk mencari
pakaian yang akan digunakannya di hari spesialnya di mall.
Ø
Adegan
1.
83. Sayla :
“Oh my God, gaunnya bagus-bagus
semua. Pilih yang mana?” (Berbicara pada
diri sendiri)
(Tiba-tiba
seseorang menepuk pundaknya)
84. Rayn :
“Sayla?” (Menepuk pundak Sayla)
85. Sayla :
“Rayn?” (Kaget)
86. Rayn :
“Sedang apa kamu disini?”
87. Sayla :
“Aku cuma lihat-lihat gaun saja. Kamu?”
88. Rayn :
“Aku sedang mencari makan.”
89. Sayla :
“Oh.” (Tersenyum)
90. Rayn :
“Kamu sudah makan?”
91. Sayla :
“I… iya. Eh, belum.”
92. Rayn :
“Sudah atau belum?” (Tertawa)
93. Sayla :
“Belum.”
94. Rayn :
“Kalau begitu, ayo kita makan bersama.”
95. Sayla :
“Iya.”
Ø
Adegan
2:
96. Rayn :
“Kamu suka restorannya?”
97. Sayla :
“Kok kamu tahu?”
98. Rayn :
“Ekspresi wajah mu sangat terlihat, Say.”
99. Sayla :
“Benarkah? Kamu pandai sekali membaca ekspresi orang.”
100.
Rayn : (Tersenyum)
“Ayo duduk.”
101.
Sayla : “Iya, terima kasih.” (Menarik kursi)
102.
Rayn : “Bagaimana kostum kalian?”
103.
Sayla : “Belum dibeli. Tapi kami sudah punya
konsep. Jadi tenang saja.”
104.
Rayn : “Baguslah.” (Tersenyum dan memperhatikan gerak-gerik Sayla)
*****
v
Babak
4: Latar rumah Sayla
Ø
Adegan
1
105.
Bunda : “Bagaimana sayang? Sudah mendapatkan gaun
yang kamu impikan?”
106.
Sayla : (Duduk
disamping bunda) “Belum bunda. Sayla sudah keliling mall tapi tidak menemukannya.”
107.
Bunda : “Kamu pasti lelah sekali. Mau bunda buatkan
cokelat susu?”
108.
Sayla : “Iya, mau bunda.” (Tersenyum)
109.
Bunda : “Baiklah. Bunda ke dapur dulu.”
110.
Sayla : “Iya bunda.”
111.
Sayla : (Melamun)
“Apa semua ini disengaja? Atau…” (Menghembuskan
nafas dan menutup mata)
Ø
Adegan
2:
112.
Bunda : “Sayang, ini cokelat susunya.”
113.
Sayla : “Bunda, terima kasih ya.” (Tersenyum sambil mengambil cokelat susu)
114.
Bunda : “Sama-sama sayang.”
(Suasana
hening kurang lebih 1 menit. Lalu, akhirnya Sayla angkat bicara)
115.
Sayla : “Bunda, saat bunda suka sama ayah, apa ayah
tahu? Apa bunda menunggu lama?”
116.
Bunda : “Awalnya ayah kamu tidak tahu Say. Tapi
karena bunda selalu memberi perhatian yang lebih kepada ayahmu, akhirnya ayahmu
tahu dan meminta bunda jadi pacarnya.” (Mengelus-elus
kepala Sayla)
117.
Sayla : “Apa bunda menunggu lama?”
118.
Bunda : (Menatap
Sayla) “Menunggu apa?”
119.
Sayla : “Menunggu sampai ayah minta bunda jadi
pacarnya?” (Menatap bunda)
120.
Bunda : “Tidak. Bunda tidak menuggu lama.”
121.
Sayla : “Hm. Berbeda sekali.”
122.
Bunda : “Maksud kamu?” (Menatap Sayla penuh selidik)
123.
Sayla : “Lupakan saja bun. Sayla mandi dulu ya Bun.
Kalau ada yang cari bilang saja Sayla tidur.” (Berdiri dan melangkah menuju kamar)
124.
Bunda : “Siapa saja?”
125.
Sayla : “Iya. Siapa saja.”
126.
Bunda : “Termasuk Rayn?”
127.
Sayla : (Berhenti
dan menoleh ke bunda) “Terserah bunda.”
128.
Bunda : (Tertawa)
“Baiklah.”
Sore itu, rumah Sayla terasa sepi. Ayahnya masih
dikantor. Bunda sedang mengurus tanaman hiasnya dihalaman belakang. Selama satu
minggu sekolah Sayla diliburkan karena kelas XII yang mengikuti UAN. Selama itu
pula Sayla akan menikmati kesepian dirumahnya sendiri.
Ø
Adegan
3:
129. Bunda :
“Sayla, ada mencari kamu.” (Sambil
mengetok pintu)
130. Sayla :
(Membuka pintu) “Bunda, tadi Sayla
sudah pesan…”
131. Bunda :
(Memotong kata-kata Sayla) “Tapi
bunda sudah terlanjur bilang.”
132. Sayla :
“Ya bunda. Sayla sedang malas bertemu seseorang, bunda.”
133. Bunda :
“Kamu benar-benar tidak mau bertemu dengannya?”
134. Sayla :
“Iya bunda, Gina sekalipun.”
135. Bunda :
“Bukan Gina, Sayla.”
136. Sayla :
“Kalau begitu bilang dia pulang saja.”
137. Bunda :
“Ya sudah. Bunda suruh Rayn pulang saja.” (Membalikkan
badan)
138. Sayla :
“Bunda, Sayla berubah pikiran.”
139. Bunda :
(Tersenyum) “Ayo cepat.”
Ø Adegan 4:
140. Sayla :
“Rayn?” (Duduk di depan Rayn)
141. Rayn :
“Eh, Sayla.”
142. Sayla :
“Tumben ke sini.”
143. Rayn :
“Maaf ya, tidak bilang dulu sama kamu.”
144. Sayla :
“Tidak apa-apa. Ada masalah?”
145. Rayn :
“Sedikit. Masalah tentang pelatih basket dan cheerleader.”
146. Sayla :
“Rayn, kita bicaranya di halaman belakang saja, bagaimana?”
147. Rayn :
“Boleh.”
148. Sayla :
“Ayo.” (Berdiri)
Ø Adegan 5:
149. Sayla :
“Duduk Rayn.”
150. Rayn :
“Terima kasih. Em… Say aku boleh minta minum?”
151. Sayla :
“Oh iya. Aku lupa. Kamu mau minum apa?”
152. Rayn :
“Terserah saja Say.”
153. Sayla :
“Tunggu sebentar ya, Rayn.”
154. Rayn :
(Menatap kekakuan sikap Sayla dari belakang)
Ø Adegan 6:
155. Sayla :
“Ini Rayn.” (Memberikan segelas jus jeruk)
156. Rayn :
“Terima kasih ya.”
157. Sayla :
“Sama-sama Rayn.”
158. Rayn :
“Say, bagaimana ini, pelatih basket sedang ke luar kota dan akan kembali bulan
depan. Sedangkan pelatih cheerleader
kemarin kecelakaan.”
159. Sayla :
“Hm, masalahnya besar juga. Lombanya juga tinggal 3 minggu lagi.”
160. Rayn :
“Apa dibatalkan saja keikutsertaan kita?”
161. Sayla :
“Jangan! Kita masih bisa cari pelatih yang lain bukan?”
162. Rayn :
“Tapi apa secepat itu mereka bisa beradaptasi dengan kita?”
163. Sayla :
“Pasti bisa Rayn. Jangan pesimis.”
*****
Waktu terus
berlalu, dan akhirnya hari ulang tahun Sayla tiba. Banyak hal yang telah
dipersiapkan, termasuk para tamu yang akan menghadiri pesta ulang tahunnya.
Ketika di sekolah banyak sekali ucapan dari teman-temannya tapi tidak termasuk Rayn.
Hal itu yang menyebabkan Sayla tidak mengundang Rayn ke pesta ulang tahunnya.
Bukan kerena ia kecewa karena Rayn yang tidak menyelamatinya, namun karena
perasaan keraguan yang dimilikinya.
v Babak 5: Latar rumah Sayla.
Ø Adegan 1
164. Ayah :
“Kamu sudah pulang ternyata.”
165. Sayla :
“Iya ayah. Tumben ayah sudah pulang?”
166. Ayah :
(Tertawa) “Ini hari ulang tahun kamu.
Masa ayah pulang malam. Memangnya kamu mau meRaynakan ulang tahun kamu tanpa
ayah?”
167. Sayla :
“Tentu tidak ayah. Tapi, ini masih sore ayah. Acaranya juga nanti malam.”
168. Ayah :
“Biarkan saja. Anggap saja ini liburan buat ayah. Ayah juga capek tiap hari
pulang malam. Dan yang terutama ayah rindu sama kamu. Sudah hampir 3 hari ayah
tidak bertemu dengan mu.” (Mengelus-elus
kepala Sayla)
169. Sayla :
(Memeluk ayahnya) “Ayah, ayah jaga
kesehatan ya. Jangan sampai sakit. Sayla tidak mau ayah sakit.”
170. Ayah :
“Iya sayang. Ayah janji.” (Memeluk Sayla)
171. Sayla :
“Sayla sayang ayah.”
172. Ayah :
“Ayah juga sayang sama kamu.”
173. Bunda :
(Menyapa Sayla dan ayah dengan senyum)
“Aduh, ayah sama anak yang sedang melepas rindu.”
174. Sayla :
“Bunda.” (Melepas pelukan ayahnya)
175. Bunda :
“Sayla, bagaiman dekorasinya?”
176. Sayla :
“Bagus sekali bunda. Sayla suka sekali. Dan Sayla yakin sebentar teman-teman ku
akan terpesona dengan suasana ruangan ini.”
177. Bunda :
“Termasuk Rayn?”
178. Sayla :
“Tidak. Kecuali dia.”
179. Bunda :
“Kenapa?”
180. Sayla :
“Sayla tidak mngundangnya bunda.”
181. Ayah :
“Kenapa?”
182. Sayla :
(Berjalan meninggalkan ayah dan bundanya).
“Tidak apa-apa ayah.”
Ø Adegan 2:
183. Bunda :
“Halo? Rayn?”
184. Rayn :
“Iya. Ini siapa?”
185. Bunda :
“Ini bundanya Sayla.”
186. Rayn :
“Oh, ada apa tante?”
187. Bunda :
“Tante mau mengundang kamu untuk datang ke pesta Sayla.”
188. Rayn :
“Tapi Sayla tidak mengundang saya tante.”
189. Bunda :
“Apa tidak cukup kalau tante saja yang mengundang mu? Ayolah Rayn, tante tahu
kalian berdua saling menyukai. Tante berharap kamu bisa datang. Karena kamu
adalah hadiah spesial dari tante untuk Sayla.”
190. Rayn :
“Baiklah tante. Rayn akan pergi.”
191. Bunda :
“Tante tunggu ya?”
192. Rayn :
“Iya tante.”
Ø Adegan 3:
Teman-teman Sayla mulai berdatangan.
Saat itu rumahnya mulai ramai. Mulai dipenuhi oleh anak-anak remaja dengan
pasangan mereka masing-masing. Sayla berdiri di depan pintu rumahnya. Menuggu
Gina sahabatnya tiba. Karena Gina yang akan menjadi pembawa acara malam ini.
193. Sayla :
“Gina mana ya? Kenapa dia belum datang?” (Cemas)
194. Steve :
“Sayla, selamat ulang tahun ya.”
195. Sayla :
“Eh Steve. Iya terima kasih sudah mau datang. Ayo masuk, have fun ya.”
196. Steve :
“Iya, sama-sama. Oh ya, aku teringat masa kita pacaran dulu, oleh karena itu
aku membawa hadiah untuk kamu.” (Memberikan
bingkisan)
197. Sayla :
“Oh, kenapa repot-repot Steve. Tapi, terima kasih ya.” (Menerima bingkisan)
198. Steve :
“Iya. Kalau begitu aku masuk dulu.”
199. Sayla :
“Ok.”
200. Gina :
(Dengan nafas terengah-engah) “Sayla,
maaf aku terlambat.”
201. Sayla :
“Hm. Iya tidak apa-apa. Ayo masuk.”
202. Gina :
“Aku mau bilang sesuatu, kamu cantik malam ini.”
203. Sayla :
“Terima kasih sahabatku. Kamu juga cantik.”
204. Gina :
(Tertawa)
Ø Adegan 3:
205. Gina :
“Selamat malam semua. Apa kabar? Pasti baik bukan? Malam ini adalah malam
spesial untuk teman kita Sayla Dealova Chandrawinata yang merayakan ulang
tahunnya yang ke-16 hari ini. Oleh karena itu diundang Sayla bersama ayah dan
bunda Sayla untuk naik ke panggung ini untuk memasang lilin.”
206. Sayla :
(Memasang lilin dan make a wish kemudian
meniupnya kembali) “Pertama aku mengucapkan terima kasih kepada Tuhan
karena telah mengijinkan aku menginjak usia 16 tahun. Lalu untuk ayah dan bunda
terima kasih karena sudah membesarkanku dengan kasih sayang, dan untuk
teman-teman saya ucapkan terima kasih karena sudah mau menghadiri acara ini, especially Gina sahabatku. Terima kasih
karena kamu sudah mau menjadi sahabatku.”
207. Gina :
“Selanjutnya…”
208. Rayn :
(Berjalan mendekati Sayla dengan menyanyi
dan membawa sepotong bunga mawar) “Happy birthday to you. Happy birthday to
you. Happy birthday, Happy birthday, Happy birthday to you.” (Menatap Sayla lekat)
209. Sayla :
“Bunda?” (Menatap bunda)
210. Bunda :
“Iya, bunda yang mengundang dia.”
211. Rayn :
“Selamat ulang tahun Say. Maaf aku datangnya terlambat.”
212. Sayla :
“I… iya. Terima kasih.” (Gugup)
213. Rayn :
“Say, aku ingin mengatakan sesuatu.”
214. Sayla :
“A…apa?”
215. Rayn :
“I love you. Mungkin ini mengagetkan
kamu. Tapi asal kamu tahu, aku juga suka kamu dari dulu. Tapi aku belum berani
mengungkapkannya. Itu karena sikap kamu yang cuek. Tapi saat Gina bilang kamu
menyukaiku, aku sangat senang dan mulai mendekatimu. Pertama aku ke rumah kamu,
mengajakmu ke sekolah bersama ku, dan lain-lain. Aku berharap kamu menyadari
itu. Dan soal aku tidak memberi selamat pada mu saat di sekolah, itu karena aku
ingin mengungkapkannya di sini. Tapi, kamu tidak mengundangku, dan untungnya
tadi sore bundamu menghubungiku. Aku harap kamu mau membalas perasaanku” (Berlutut dan menyodorkan bunga kepada
Sayla)
216. Sayla :
“Jujur aku memang kaget. Aku juga sudah menyukaimu sejak dulu. Sejak kita
menjadi teman kelas. Dan aku memutuskan…” (Menatap
ayah dan bunda)
“Untuk membalas perasaan mu.” (Mengambil bunga)
217. Rayn :
“Terima kasih Sayla.” (Memeluk Sayla)
218. Semua :
“Ciee…”
219. Gina :
“ Penonton, s o sweet sekali bukan?”
Itulah akhir penantian Sayla. Hari ini
adalah hari yang tak akan pernah dilupakan Sayla. Ia tak menyangka di hari
bahagianya ia akan mendapatkan apa yang telah lama dinantinya. Cinta seorang
kapten basket, Rayn Alexandro Hirano.
*Jika kau menginginkan sesuatu,
nantilah itu, karena jika kau menantinya dengan sungguh-sungguh, apa yang kau
inginkan akan datang dengan sendirinya.
***** THE END
*****
.
BalasHapus.
BalasHapus